JN77.com - Lebak // Kondisi gubug yang nyaris roboh seperti tak berpenghuni lantaran dinding bambu pada bolong atap langit dan lantai tanah di Kampung Lebak Buah, Desa Karya Jaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, Rabu (20/8/2025).
jaguarnews77.com
Keluarga Rohim, warga Kampung Lebak Buah, Desa Karya Jaya, Kecamatan Cimarga, Kabupaten Lebak, sudah lama menjalani kehidupan penuh penderitaan di rumah yang nyaris roboh. Kondisi bangunan yang tidak layak huni membuat mereka harus rela tidur di lantai tanah basah setiap kali hujan turun.
Potret rumah sederhana milik keluarga Rohim di Lebak yang belum tersentuh bantuan pemerintah.
Rumah berukuran kecil dengan dinding papan yang lapuk dan atap bocor parah itu menjadi tempat tinggal Rohim bersama istrinya, Agis, serta lima anak mereka. Setiap kali hujan deras mengguyur, air masuk melalui atap yang rusak, menggenangi seluruh ruangan, dan membuat keluarga tersebut hidup dalam kecemasan.
“Kalau hujan deras, air masuk semua ke dalam. Anak-anak kedinginan, kami tidak bisa tidur, hanya bisa pasrah,” tutur Agis dengan mata berkaca-kaca saat ditemui tim dari media online
Menurut Agis, sang suami hanya bekerja serabutan. Penghasilannya tidak menentu, bahkan sering tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kondisi ekonomi yang sulit membuat mereka tidak mampu memperbaiki rumah yang hampir ambruk.
“Untuk makan saja kadang susah. Apalagi untuk memperbaiki rumah, tidak mungkin kami bisa. Saya hanya berharap pemerintah atau orang baik bisa membantu,” kata Agis.
Harapan Bantuan dari Pemerintah
Kisah keluarga Rohim bukanlah satu-satunya. Warga sekitar mengaku masih banyak keluarga lain yang hidup dalam kondisi serupa. Mereka berharap ada perhatian dari Pemerintah Kabupaten Lebak maupun pihak terkait agar segera memberikan solusi nyata, khususnya perbaikan rumah tidak layak huni.
Salah satu tetangga, Aisah (45), mengatakan bahwa keluarga Rohim sudah lama hidup dalam kondisi tersebut. “Kalau malam hujan deras, rumahnya pasti tergenang. Kami khawatir atap atau dindingnya roboh, apalagi ada anak-anak kecil,” ujarnya.
Program pemerintah daerah sejatinya memiliki skema bantuan rumah tidak layak huni (RTLH). Namun, hingga kini, keluarga Rohim belum tersentuh program tersebut. Warga berharap pendataan bisa lebih tepat sasaran agar mereka yang benar-benar membutuhkan dapat memperoleh bantuan.
Potret Kemiskinan di Pedesaan
Kondisi keluarga Rohim menggambarkan masih adanya kesenjangan sosial di wilayah pedesaan Kabupaten Lebak. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Lebak, sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah pedalaman bekerja sebagai buruh tani, buruh harian, atau pekerja serabutan dengan penghasilan rendah.
Aktivis sosial di Lebak, Nurhalim, menilai kasus ini harus menjadi perhatian serius pemerintah daerah. “Rumah layak adalah kebutuhan dasar. Kalau masih ada keluarga yang tinggal di rumah bocor berlantai tanah, itu berarti masih ada pekerjaan rumah besar bagi pemerintah daerah dalam menangani kemiskinan,” ujarnya.
Penantian Panjang
Hingga kini, Rohim dan keluarganya masih bertahan di rumah yang setiap saat terancam roboh. Mereka berharap ada uluran tangan pemerintah maupun para dermawan. “Kami hanya ingin punya rumah yang bisa melindungi anak-anak dari hujan dan angin. Itu saja,” kata Agis lirih.
Potret kehidupan keluarga Rohim menjadi pengingat bahwa di balik pembangunan dan program kesejahteraan, masih ada warga yang berjuang untuk sekadar memiliki tempat tinggal yang layak.
Sampai berita ini tayang media belum berhasil mengkomfirmasi pihak desa
Editor: Bardha Khaswandha