JN77.com - Lebak // Mak Ebah, seorang nenek berusia 50 tahun, tinggal di Kampung Becek, Desa Parung Sari, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak, Banten. Rumahnya jauh dari layak huni. Dinding keropos ditutup seadanya dengan terpal, mencerminkan kondisi memprihatinkan di tengah masyarakat sekitar. Senin 4/08/2025.
Mak Ebah hidup bersama anak tunggalnya yang mengidap gangguan jiwa dalam kondisi serba kekurangan. Ia mengandalkan bantuan makanan dan minuman dari tetangga yang peduli untuk bertahan hidup. Rumah reyotnya, ironisnya, berlokasi dekat kediaman kepala desa Parung Sari, menyoroti kurangnya perhatian terhadap warga membutuhkan.
Dahulu, Mak Ebah menerima bantuan Program Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT). Namun, bantuan itu kini terhenti, meninggalkannya tanpa jaring pengaman sosial. Kondisi ini menunjukkan urgensi intervensi pemerintah untuk memastikan warga seperti Mak Ebah menjalani kehidupan layak.
Banyak rumah tangga di Indonesia menghadapi masalah serupa. Data menunjukkan ribuan keluarga tinggal di rumah tidak layak huni, menanti program rehabilitasi seperti Bantuan Rumah Sejahtera Terpadu (RST) dari Kementerian Sosial atau bedah rumah dari pemerintah daerah. Program ini harus menjangkau lebih banyak warga, termasuk Mak Ebah.
Kisah Mak Ebah mengingatkan pentingnya gotong royong. Pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta perlu bersinergi untuk mengatasi kondisi memprihatinkan ini. Rumah layak huni bukan sekadar tempat tinggal, tetapi simbol martabat dan harapan hidup lebih baik.
(Bardha Khaswandha)
